Perencanaan Pembangunan Pertanian Berbasis Agribisnis Peternakan

Perencanaan Pembangunan Pertanian Berbasis Agribisnis Peternakan

Kawasan industry peternakan merupakan kawasan yang merupakan kawasan yang secara khusus diperuntukan bagi kegiatan peternakan atau terpadu sebagai komponen usaha tani dan terpadu sebagai komponen ekosistem tertentu. Kawasan agribisnis peternakan adalah kawasan peternakan yang berorientasi ekonomi dan memiliki system agribisnis yang berkelanjutan yang mempunyai akses baik ke kegiatan industry hulu maupun industry hilir. Sebagai pembangunan sebagian wilayah, dalam mewujudkan program pembangunan peternakan secara operasional diawali pembentukan, penataan, dan pengembangan kawasan agribisnis. Pengembangan kawasan agribisnis peternakan adalah alternative program yang diharapkan menjawab tuntutan kecukupan daging dan menuju swasembada daging, meningkatkan produksi susu dalam negeri dan meningkatkan pendapatan serta kesejahteraan peternak.
Konsep pembangunan peternakan dalam rangka pencapaian ketahanan pangan nasional dapat dilakukan dengan cara pengembangan kawasan agribisnis berbasis peternakan, yang diartikan sebagai suatu proses pembangunan dalam suatu besaran/ satuan wilayah tertentu dengan menerapkan pendekatan kelompok dengan komoditas unggulan yang dikelola secara agribisnis berkelanjutan yang berakses ke industry peternakan hulu sampai hilir ( Taufiq  2008).
Tujuan dari pembangunan pertanian adalah pencapaian ketahanan pangan, pengembangan agribisnis dan peningkatan kesejahteraan petani. Pengembangan agribisnis bertujuan untuk meningkatkan produksi dan nilai tambah secara efisien sehingga mempunyai daya saing tinggi. Pembangunan peternakan dengan konsep pengembangan agribisnis berbasis peternakan mengarahkan usaha ternak pada kondisi yang mempunyai peluang kepada peningkatan keuntungan dan daya saing, sebagai hasil dari kemudahan penyelenggaraan berbagai kegiatan yang berpengaruh penting terhadap usaha ternak.
Pemerintah berpeluang untuk meningkatkan pelayanan teknis, penyediaan fasilitas secara efektif dan efisien, sehingga dapat menekan biaya transportasi agar terwujudnya keterkaitan agrbisnis hulu-hilir serta  mempermudahkan pelaksanaan koordinasi dan pembinaan serta terwujudnya pola kemitraan peternak dengan pengusaha yang pada akhirnya peternak akan lebih intensif dalam pemeliharaan ternak dengan cepat menjadi mandiri dengan skala usaha ekonomis (Heatubun 2011).
Kemandirian dalam pencapaian ketahanan pangan diperlihatkan oleh pengembangan agribisnis yang kuat dan berkelanjutan. Pembangunan peternakan dalam dua dekade terakhir telah mencatat beberapa keberhasilan antara lain dalam pengembangan industry agribisnis unggas, pengembangan industry feedlot sapi potong dan sapi perah rakyat. Namun ketiga industry ini menggunakan bibit impor sehingga rentan terhadap perubahan ekonomi global (Yusdja 2006) . Untuk mencapai tujuan pembangunan peternakan perlu dirumuskan strategi dan kebijakan dalam usaha memperkuat agribisnis peternakan lokal dan bagaimana meraih peluang-peluang baik didalam negeri maupun diluar negeri.