Mengapa banyak pengambil kebijakan walaupun menyadari bahwa sektor pertanian adalah strategis tetapi kenyataannya (implementasinya) tidak seperti yang diharapkan?

Mengapa banyak pengambil kebijakan walaupun menyadari bahwa sektor pertanian adalah strategis tetapi kenyataannya (implementasinya) tidak seperti yang diharapkan?
Pembangunan Perekonomian suatu negara tidak bisa terlepas dari kontribusi sektor pertanian negara yang bersangkutan, dalam hal ini sektor pertanian telah teruji memberikan kontribusi yang sangat besar diantaranya; a) sektor pertanian menghasilkan pangan dan bahan baku untuk peningkatan sektor industri dan jasa, b) sektor pertanian bisa menghasilkan atau menghemat devisa yang berasal dari ekspor atau produk subsitusi impor, c) sektor pertanian merupakan pasar yang potensial bagi produk-produk sektor industri, d) transfer surplus tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor industri merupakan salah satu sumber pertumbuhan ekonomi dan e) sektor pertanian mampu menyediakan modal bagi pengembangan sektor-sektor lain. Hal tersebut dapat menunjukkan bahwa sektor pertanian merupakan sektor yang strategis dalam pembangunan suatu bangsa.
 Namun pada implementasi kebijakan-kebijakan di sektor pertanian pada negara-negara berkembang tidak sesuai dengan yang diharapkan karena pada negara berkembang pertumbuhan sektor pertanian terkendala dengan pertumbuhan penduduk yang sangat pesat sehingga berkurangnya lahan pertanian yang produktif, menurunnya tingkat kesuburan lahan dan hilangnya kesempatan untuk diversifikasi pendapatan. Kebijakan-kebijakan yang diambil pemerintah lebih memihak pada masyarakat perkotaan seperti belanja sektor publik relatif masih rendah, subsidi yang semakin besar terkait dengan menguatnya tuntunan warga kota akan pangan murah dan penetapan pajak yang dianggap terlampau tinggi dipertanian.
 Untuk mengoptimal pembangunan pertanian pada negara-negara berkembang, ada tiga tantangan utama, diantaranya; a) politik ekonomi berbagai kebijakan pertanian guna menghindari bias kebijakan pedesaan-perkotaan (Urban Biased Policy), tingkat invetasi yang rendah (Under Investment) dan salah investasi (Miss Investment), b) memperkuat pemerintahan untuk mengimplementasikan kebijakan-kebiajan pertanian, kebijakan makroekonomi, harga dan perdagangan seharusnya tidak mendiskriminasi sektor pertanian, dan c) pemahaman yang kurang terhadap dinamika pertanian dan pemerintah yang lemah seringkali menciptakan persoalan ”agroskeptisme” sehingga dukungan pemerintah terhadap pertanian berkurang.