Pengertian Penyuluhan Pertanian

Penyuluhan dalam arti umum merupakan suatu ilmu sosial yang mempelajari sistem dan proses perubahan pada individu dan masyarakat agar dengan terwujudnya perubahan tersebut dapat tercapai apa yang diharapkan sesuai dengan pola atau rencananya. Penyuluhan dengan demikian merupakan suatu sistem pendidikan yang bersifat non formal atau suatu sistem pendidikan diluar sistem persekolahan yang biasa, dimana orang ditunjukkan cara-cara mencapai sesuatu dengan memuaskan sambil orang itu tetap mengerjakannya sendiri, jadi belajar dengan mengerjakan sendiri (Kartasapoetra, 1991).
Metode penyuluhan menurut hubungan penyuluhan dan sasarannya berdasarkan hubungan penyuluhan kesasarannya, metode penyuluhan dibedakan menjadi 2 macam yaitu : a. Komunikasi langsung, baik melalui percakapan tatap muka atau lewat media tertentu (telepon, faksimili) yang memungkinkan penyuluhan dapat berkomunikasi secara langsung (memperoleh respons) dari sasarannya dalam waktu yang relatif singkat.
b. Komunikasi tak langsung, baik lewat perantara orang lain, lewat surat atau media yang lain yang tidak memungkinkan penyuluh dapat menerima respon dari sasarannya dalam waktu yang relatif singkat (Mardikanto, 1994).
Berbagai pengamatan menunjukkan bahwa penyuluhan baik Penyuluhan Pertanian Spesialis (PPS) maupun Penyuluhan Pertanian Lapangan (PPL) belum mendapatkan informasi hasil penelitian yang mereka perlukan secara kesinambungan. PPS yang sebagian dari tugasnya diharuskan untuk melatih PPL secara teratur merasakan kurangnya informasi hasil penelitian untuk mendukung kegiatan itu yang akhirnya berlanjut kepada kurang efektifnya latihan dan kunjungan PPL ke petani. Penelitian sering pula dinilai kurang efektif karena tidak langsung berkaitan dengan masalah lapangan yang dihadapi oleh petani dan penyuluh. Peneliti kurang menerima umpan balik yang mereka perlukan untuk menyusun program penelitian, kondisi ini secara jelas memperlihatkan belum memadainya keterkaitan antara penelitian dan penyuluhan (Anonim, 1992).
Didalam kenyataannya, kualifikasi penyuluhan tidak cukup hanya dengan memenuhi persyaratan keterampilan sikap dan pengetahuan saja, tetapi keadaan atau latar belakang sosial budaya, bahasa, agama, kebiasaan-kebiasaan. Seringkali justru lebih banyak menentukan keberhasilan penyuluhan yang dilakukan. Karena itu penyuluhan yang baik, sejauh mungkin harus memiliki latar belakang sosial budaya yang sesuai dengan keadaan seorang penyuluh akan bertugas di wilayah kerja yang memiliki kesenjangan sosial budaya yang telah dimilikinya (Mardikanto, 1994).
Ragam materi yang perlu disiapkan dalam setiap kegiatan penyuluhan mencakup :
1. Kebijakan dan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembangunan pertanian (baik dari tingkat pusat maupun sampai di tingkat lokalitis), seperti pola kebijakan umum pembangunan pertanian, kebijakan harga dasar atau penyaluran kredit.
2. Hasil-hasil penelitian atau pengujian dan rekomendasi teknis yang dikeluarkan untuk instansi yang berwenang.
3. Pengalaman petani yang telah berhasil.
4. Informasi pasar seperti harga barang, penawaran dan permintaan
(Mardikanto, 1994).
Dalam bahasa Belanda digunakan kata “voorlichting“ yang berarti memberi penerangan untuk menolong seseorang menemukan jalannya. Istilah ini digunakan pada masa kolonial bagi negara-negara jajahan Belanda, walaupun sebenarnya penyuluhan diperlukan oleh kedua pihak. Indonesia misalnya, mengikuti cara Belanda menggunakan kata penyuluhan, sedangkan Malaysia yang dipengaruhi bahasa Inggris menggunakan kata perkembangan. Bahasa Inggris dan Jerman masing-masing mengistilahkan sebagai pemberian saran atau beratung yang berarti seorang pakar dapat memberikan petunjuk kepada seseorang tersebut yang berhak untuk menentukan pilihannya (Van den Ban dan Hawkins, 1999).
Kegiatan penyuluhan sebenarnya bukanlah sekedar penyampaian informasi dan menerangkan segala sesuatu yang perlu kita terangkan kepada masyarakat, akan tetapi penyuluhan bertujuan agar masyarakat benar-benar memahami, menghayati dan atas kesadarannya sendiri mau menerima, menerapkan dan melaksanakan sesuatu yang terbaik untuk meningkatkan kesejahteraan pribadi, keluarga, dan masyarakatnya serta kemajuan bangsa dan negara. Dapat dikatakan, penyuluhan bukanlah kegiatan pengubahan perilaku melalui pemaksaan atau ancaman-ancaman, tetapi penyuluhan adalah upaya pengubahan perilaku melalui proses pendidikan, sehingga kegiatan penyuluhan sungguh tidak gampang, tetapi memerlukan ketekunan, kesabaran, menuntut banyak waktu, tenaga, biaya dan merupakan pekerjaan yang sangat melelahkan (Anonim, 1991).
Pada unit yang paling kecil di daerah pedesaan, pendekatan berdasarkan kelembagaan dalam proses adopsi inovasi adalah melalui lembaga yang disebut dengan Balai Penyuluhan Pertanian (BPP). Di BPP ini ada sejumlah penyuluh pertanian, mereka merencanakan dan membuat programa penyuluhan, kemudian dituangkan dalam praktek, misalnya melalui Demonstrasi Plot (Demoplot), Demonstrasi Farm (Demfarm), Demonstrasi Area (Demarea), atau melalui cara lain. Selanjutnya oleh Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) dan pembantu-pembantunya ditingkat desa, yaitu para kelompok tani, maka informasi tersebut diteruskan kepara petani, apakah melalui cara kunjungan, rapat atau lainnya (Soekartawi, 1992).
Dalam prakteknya penempatan penyuluh dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Penyuluh lapangan yaitu seorang penyuluh ditempatkan di Wilayah Kerja Penyuluh Pertanian (WKPP).
2. Penyuluh tingkat kecamatan yang ditempatkan di Balai Penyluhan Pertanian (BPP).
3. Penyuluh tingkat kabupaten yang ditempatkan di Dinas Lingkup Pertanian Dati II.
4. Penyuluh tingkat provinsi yang ditempatkan di Dinas Lingkup Pertanian Dati I maupun Balai Informasi Pertanian.
5. Penyuluh tingkat nasional yang ditempatkan di Badan Pengendalian Bimas
(Suhardiyono, 1992).

Salah satu unsur utama yang menyebabkan kurangnya partisipasi masyarakat adalah lemahnya komunikasi antara penyuluh dengan masyarakatnya, karena kurang adanya kontak pribadi yang disebabkan oleh :
1. Bentuk komunikasi yang paling efektif adalah tatap muka.
2. Kebutuhan serta kemampuan masyarakat bawah umumnya bersifat situasional dan bersifat individual (orang per orang).
3. Semua kegiatan dan bantuan, cenderung diawasi oleh pemerintah atau penyedia sumber dana yang sering membatasi ruang gerak dan kelincahan penyuluh
(Mardikanto, 1991).
Sistem penyuluhan akan sangat tidak efektif bila terdapat kekurangan-kekurangan teknis seperti kurangnya informasi, dan teknologi yang memadai yang bisa disampaikan ke petani. Selain itu adanya kekurangan staf dan model penyuluhan menyangkut penyebaran informasi dan teknik penyampaian adalah contoh dari faktor penghambat kelancaran penyuluhan (Bayer et al, 1999).

Pustaka (source/References) :
Anonim. 1992. 5 Tahun Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Gaya Teknik Offset. Bogor.
Anonim. 1991. Seminar dan Lokakarya Penyuluhan Pertanian. LP3M. Sukoharjo.
Bayer, et al. 1999. Pertanian Masa Depan. Kanisius. Bandung.
Kartasapoetra, A.G. 1991. Teknologi Penyuluhan Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta.
Mardikanto, Totok. 1994. Persiapan dan Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian. Sebelas Maret University Press. Surakarta.
Mardikanto, Totok. 1994. Dasar-dasar Teori Penyuluhan Pertanian. UNS Press. Surakarta.
Mardikanto, Totok. 1994. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. UNS Press. Surakarta.
Mardikanto, Totok. 1991. Komunikasi Pembangunan. UNS Press. Surakarta.
Soekartawi. 1992. Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian. UI Press. Jakarta.
Soehardiyono, L. 1992. Penyuluhan Petunjuk bagi Penyuluh Pertanian. Erlangga. Jakarta.
Van den Ban, A.W dan Hawkins, H.S. 1999. Penyuluhan Pertanian. Kanisius. Yogjakarta.

Translate By Google :
Guidance in the general sense is a social science study the system and processes of change on individuals and society to the realization of these changes can be achieved what is expected according to the pattern or plan. Guidance is thus an education system that is non-formal or an education system outside the regular school system, where people are shown the ways to achieve something with satisfactory while the person still do it yourself, so learn to do yourself (Kartasapoetra, 1991).
The method according to relationship counseling and counseling targeted based on the relationship kesasarannya extension, extension methods can be divided into 2 types namely:
a. Direct communication, either through face-to-face conversation or through a particular medium (telephone, fax) that allows extension can communicate directly (get response) from the target in a relatively short time.
b. Indirect communication, either through another intermediary, through a letter or other media that do not allow extension workers to receive a response from the target in a relatively short time (Mardikanto, 1994).
These observations indicate that either counseling of Agricultural Extension Specialist (PPS) and the Agricultural Extension Officer (WMO) have not received the research information they need continuity. PPS is part of the job are required to train PPL regularly feel the lack of research information to support activities that ultimately it continues to lack of effective training and PPL’s visit to the farmers. Research often considered less effective because it is not directly related to field problems faced by farmers and extension workers. Researchers receive feedback about what they need to develop research programs, this condition has not clearly insufficient to show a link between research and extension (Anon, 1992).
In fact, qualifying information is not enough just to meet the requirements of knowledge skills and attitudes, but circumstances or socio-cultural background, language, religion, habits. Often, more precisely determine the success of outreach done. Therefore, a good education, as far as possible should have a socio-cultural backgrounds in accordance with the state will charge an extension in the working area with a socio-cultural gap that has owned (Mardikanto, 1994).
Variety of materials that need to be prepared in any counseling activities include:
1. Policies and regulations relating to the implementation of agricultural development (both from the central level and reached the level of lokalitis), as a general pattern of agricultural development policies, pricing policies or credit basis.
2. The results of research or testing and technical recommendations issued to the relevant authorities.
3. The experience of farmers who have been successful.
4. Market information such as price, supply and demand
(Mardikanto, 1994).
The Dutch used the word “voorlichting” which means to give information to help someone find a way. This term is used in the colonial period to the colonial countries the Netherlands, although the actual information needed by both parties. Indonesia for example, following the Dutch way of using the word extension, while Malaysia is influenced by the English use the word development. English and German respectively mengistilahkan as advisory or Beratung which means an expert can provide the clues to a person who is entitled to its choice (Van den Ban and Hawkins, 1999).
Extension activities is not just to deliver information and explain everything we need to explain to the public, but intended to make public education truly understand, appreciate, and the consciousness itself willing to accept, adopt and implement the best thing to increase personal welfare, family, and society and the advancement of the nation and state. It may be said, counseling is not a behavior modification activities through coercion or threats, but the extension is an effort to change behavior through education, so that guidance was not easy, but requires persistence, patience, demanding much time, effort, cost and a job very exhausting (Anon, 1991).
At the smallest units in rural areas, approaches based on institutional innovation in the adoption process is through the institution called the Center of Agricultural Extension (BPP). In the CPP have a number of agricultural extension, they plan and extension program, and then put into practice, for example through the Demonstration Plot (Demoplot), Demonstration Farm (Demfarm), Demonstration Area (Demarea), or through other means. Next by Agricultural Extension Officer (WMO) and his assistants the village level, namely the farmers’ groups, then the information is forwarded kepara farmers, whether through visits, meetings or other (Soekartawi, 1992).
In practice placement counselors can be classified as follows:
1. Extension field is an extension placed on Agricultural Extension Work Area (WKPP).
2. District level extension agents stationed in Central Penyluhan Agriculture (BPP).
3. District-level extension workers stationed in the Department of Agriculture Scope Dati II.
4. Provincial extension workers stationed in the Department of Agricultural Range province and Agricultural Information Center.
5. National scout stationed in Management Agency Extension
(Suhardiyono, 1992).

One of the main elements that cause a lack of community participation is the weakness of communication between the instructor with the community, because of lack of personal contact caused by:
1. Form the most effective communication is face to face.
2. Needs and the general public’s ability to be situational and individual (one per person).
3. All activities and assistance, tend supervised by the government or providers of financial resources often limit the extension movement and agility
(Mardikanto, 1991).
Extension system would be ineffective if there are technical deficiencies such as lack of information, and appropriate technology that can be delivered to the farmers. Besides the lack of extension staff and models concerning the dissemination of information and delivery techniques are examples of factors inhibiting the smooth extension (Bayer et al, 1999).

Post a Comment

0 Comments