Dokument Perencanaan Pembangunan Peternakan Itik Bayang di Kec. Sungai Pagu Kab. Solok Selatan


PENDAHULUAN

 
Pengembangan peternakan diarahkan untuk mewujudkan kondisi peternakan yang maju, efisien dan tangguh yang dicirikan oleh kemampuannya menyesuaikan pola dan struktur produksi dengan permintaan pasar serta kemampuannya terhadap pembangunan wilayah, kesempatan kerja, pendapatan, perbaikan taraf hidup, perbaikan lingkungan hidup serta berperan dalam pertumbuhan ekonomi.
Perkembangan usaha peternakan unggas di Indonesia relatif lebih maju dibandingkan usaha ternak yang lain. Hal ini tercermin dari kontribusinya yang cukup luas dalam memperluas lapangan kerja, peningkatan pendapatan masyarakat dan terutama sekali dalam pemenuhan kebutuhan makanan bernilai gizi tinggi.
Salah satu usaha perunggasan yang cukup berkembang di Indonesia adalah usaha ternak itik. Meskipun tidak sepopuler ternak ayam, itik mempunyai potensi yang cukup besar sebagai penghasil telur dan daging. Jika dibandingkan dengan ternak unggas yang lain, ternak itik mempunyai kelebihan diantaranya adalah memiliki daya tahan terhadap penyakit. Oleh karena itu usaha ternak itik memiliki resiko yang relatif lebih kecil, sehingga sangat potensial untuk dikembangkan. itik merupakan salah satu aset nasional dan sekaligus komoditas yang bisa diandalkan sebagai sumber gizi dan sumber pendapatan masyarakat.

 
IDENTIFIKASI MASALAH

 
  1. Tata Laksana pemeliharaan :     
  • Sistem pemeliharaan
    Sistem pemeliharaan masih berbentuk tradiosional, dimana ternak itik masih di gembala ke persawahan.
  • Penyakit
    Pengetahuan peternak terhadap pengendalian dan pencegahan penyakit masih sedikit. Dan masih menggunakan obat-obatan tradisional.
  • Pakan
    Untuk pakan peternak biasanya menggunakan pakan alami yaitu dengan menggunakan Hasil Sampingan dari lahan pertanian yang ada disekitar daerah tersebut. Belum adanya pakan tambahan yang diberikan.
  • Teknologi belum terpakai
    Untuk hasil produksi belum terkelola dengan baik sehingga akan mengurangi nilai ekonomis dari hasil peternakan itik tersebut.
  1. Potensi Wilayah
  • Lahan
    Pada umumnya Peternakan memelihara ternak itik didaerah persawahan yang telah siap panen.
  • PPL
    Kurangnya pengawasan dan juga penyuluhan dari PPL membuat peternak kurang memahami cara pemeliharaan dengan baik.
  • Sumber Daya Manusia
    Kebanyakan peternak tidak mempunyai ilmu di bidang peternakan.
  1. Pemasaran
    1. Pasar
      Peternak menjual hasil prosduksi ternak ke toko-toko kecil atau warung yang dekat disekitar tempat tinggalnya.
    2. Harga
      Harga yang sangat murah membuat peternak menjadikan ini sebagai usaha sampingan. Selain harga tradisi membuat pedapatan dari ternak menjadi berkurang.
    TUJUAN, VISI DAN MISI

     
    Pembangunan peternakan dan kesehatan hewan merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian yang mengacu pula pada Pembangunan Nasional. Dalam rangka memudahkan pencapaian sasaran serta operasional pembangunan pembangunan disusun Rencana Strategik.
    VISI :
    Terwujudnya kesejahteraan peternak dan pemenuhan konsumsi protein hewani masyarakat melalui peningkatan produk peternakan yang aman.
    MISI :
  • Meningkatkan kualitas pemberdayaan masyarakat peternak melalui kelembagaan yang tangguh dengan berperan aktif dalam merubah pola usaha tradisional menjadi pola usaha berorientasi bisnis;
  • Mengembangkan ketahanan pangan melalui peningkatan produksi komoditas peternakan dan pengamanan ternak;
  • Menggunakan teknologi tepat guna yang ramah lingkungan didukung pembinaan berkelanjutan;
  • Mengembangkan produk-produk unggulan yang berdaya saing menghadapi pasar global;

 

 
    TUJUAN
  • Meningkatkan kuantitas dan kualitas bibit ternak;
  • Mengembangkan usaha budidaya untuk meningkatkan populasi, produktivitas dan produksi ternak;
  • Meningkatkan dan mempertahankan status kesehatan hewan;
  • Meningkatkan jaminan keamanan pangan;
  • Meningkatnya kemampuan petani menghasilkan komoditas sumberdaya lokal berdaya saing tinggi;
  • Ketersediaan pangan hewani di Kab. Solok Selatan dengan meningkatnya kuantitas dan kualitas bibit ternak serta meningkatnya populasi, produksi dan prduktifitas ternak.
  • Terkendalinya penyakit hewan menular dengan meningkatkan dan mempertahankan status kesehatan hewan;
  • Terwujudnya perlindungan masyarakat dengan meningkatnya jaminan keamanan pangan hewani yang ASUH;
  • Meningkatnya konsumsi masyarakat terhadap protein yang berasal dari ternak;
  • Terwujudnya Pelayanan Prima pada masyarakat peternakan.

 
STRATEGI DAN KEBIJAKAN
Strategi keberhasilan organisasi dalam menjalankan program yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan adalah :
  • Ketrampilan dari Sumberdaya Manusia yang siap pakai;
  • Sinkronisasi dan simplifikasi program kerja dan faktor pendukungnya;
  • Kekuatan dan kesadaran hukum dan keadilan bagi pengguna maupun penyedia program;
  • Koordinasi dan kerjasama kelembagaan yang berkesinambungan antar instansi terkait;
  • Mempunyai daya tarik terhadap investor untuk menanamkan modalnya;
  • Digunakannya teknologi tepat guna yang menghasilkan efisiensi daan efektifitas produksi;
  • Terciptanya kepastian pemasaran produk peternakan;
  • Intensifnya pemasaran produk lokal dan regional;
  • Tersedianya lembaga keuangan yang mampu membiayai investaasi yang dibutuhkan;
  • Terdapatnya potensi sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan sumberdaya buatan yang mempunyai niali ekonomi tinggi yang masih belum termanfaatkan;
  • Tersedianya potensi Agribisnis yang cukup meninjol di Kab. Solok Selatan;
  • Tersedianya Potensi dan Kemampuan industri bidang peternakan yang cukup besar.

 
Keadaan Responden

 
Sebagian besar responden berada pada usia produktif. Usia berpengaruh terhadap kemampuan fisik dalam bekerja. Usia 20-56 tahun termasuk dalam usia produktif, pada usia ini kemampuan fisiknya lebih baik dari pada usia non produktif (>56 tahun) sehingga akan lebih mendukung keberhasilan dalam usaha peternakan. kemampuan kerja seseorang di pengaruhi oleh umur, pendidikan, keterampilan, pengalaman, kesehatan dan faktor alam. Usia produktif sangat penting bagi pelaksanaan usaha karena pada usia ini peternak mampu mengkoordinasi dan mengambil langkah yang efektif.
Tingkat pendidikan yang dimiliki peternak mempunyai kecenderungan menentukan dalam penerapan teknologi pertanian. Bibit itik yang dipelihara oleh peternak adalah jenis itik Bayang. Bibit tersebut diperoleh dengan cara membeli dari peternak pembibit di Kecamatan Sungai Pagu. Pada umumnya para peternak membeli bibit berupa itik siap bertelur (bayah) dengan harga Rp. 31.000 s/d Rp. 33.000 per ekor. Sistem perkandangan dalam pemeliharaan itik yang dilakukan oleh peternak sebagian besar menggunakan sistem kandang terbuka dengan lantai tanah. Kandang sistem ini bertujuan agar memudahkan sirkulasi atau pertukaran udara. Posisi kandang itik di lokasi penelitian pada umumnya tidak memperhatikan arah kandang, karena biasanya kandang tersebut berada dibelakang rumah atau diantara rumah.

 
Produktivitas Ternak Dan Pemasaran Produk.

 
Jumlah ternak itik yang dipelihara peternak itik di Kecamatan Sungai Pagu berkisar antara 50 hingga 520 ekor, dengan rata-rata pemilikan sebesar 231 ekor. Produksi telur yang dicapai rata-rata sebesar 4.010 butir per bulan, sehingga setiap ekor itik rata-rata hanya mampu menghasilkan telur sebanyak 208 butir per tahun.
Dari angka tersebut rata-rata Hen (duck) day production yang dicapai sebesar 57,18%. Tingkat produksi yang dicapai ini berada pada range angka yang diungkapkan Bharoto (2001), yang menyatakan bahwa pada umumnya dengan pola pemeliharaan semi intensif itik mampu berproduksi 203–232 butir/ekor/tahun.
Peternak itik di Kecamatan Sungai Pagu tidak mengalami kesulitan dalam memasarkan produknya. Pada umumnya peternak itik menjual produksinya kepada pedagang pengumpul yang secara rutin mendatangi peternak, sehingga peternak tidak perlu repot mencari konsumen. Pola pemasaran semacam ini menguntungkan bagi peternak, karena mereka bisa berkonsentrasi penuh dalam pengelolaan kegiatan produksi. Harga jual telur itik berfluktuasi berkisar antara Rp 1000 – Rp 1200 per butir.

 
Biaya Produksi

 
Biaya produksi dalam usaha ternak itik terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya produksi rata-rata tiap peternak sebesar Rp. 1.699.308,84 per bulan. Biaya tetap yang dikeluarkan sebesar Rp. 227.315,50 per bulan dan biaya variabel yang dikeluarkan sebesar Rp. 1.471.993,34 per bulan. Keadaan ini mengindikasikan bahwa sebagian besar peternak itik di Kecamatan Sungai Pagu dalam pengelolaannya sudah banyak yang menggunakan sistem intensif.

 
Penerimaan dan Pendapatan Usaha

 
Penerimaan usaha ternak itik di Kecamatan Sungai Pagu berasal dari penjualan telur itik saja karena itik yang dipelihara peternak masih produktif. Harga jual telur itik berkisar antara Rp 1000,00 s/d Rp 1200,00 per butir. Penerimaan rata-rata yang diperoleh peternak sebesar Rp. 3.443.693,62 / bulan.
Pendapatan merupakan selisih antara nilai penerimaan yang diperoleh dengan biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan produksi. Pendapatan rata-rata yang diperoleh peternak selama satu bulan sebesar Rp 1.744.384,78. Dengan rata-rata pemilikan ternak sebesar 231 ekor, maka setiap ekor ternak itik yang dipelihara mampu menghasilkan pendapatan sebesar Rp 7.551,45 / bulan. Untuk mengetahui kemampuan usaha ternak itik dalam memperoleh laba (profitabilitas), digunakan perhitungan Gross Profit Margin (GPM),    Return on Investmen (ROI) dan rasio laba-biaya. Besarnya nilai GPM, ROI dan Rasio Laba- Biaya usaha ternak itik dapat dilihat dibawah ini.


 
Indikator Profitabilitas
Gross Profit Margin (GPM)
Return on Investmen (ROI)
Rasio Laba-Biaya

 
Nilai Rata-rata
49,6%
226,3%
100,8%
Nilai GPM sebesar 49,6% artinya 49,6% dari nilai total penjualan adalah laba yang diperoleh. Nilai ROI sebesar 226,3% menunjukkan bahwa kemampuan investasi menghasilkan laba sebesar 226,3%. Sedangkan nilai Rasio Laba-Biaya sebesar 100,8% mempunyai arti bahwa biaya yang dikeluarkan mampu menghasilkan laba sebesar 100,8%. Usaha dinyatakan profitabel apabila nilai ROI dan Rasio Laba-Biaya melebihi nilai tingkat bunga berlaku. Dengan melihat tingkat suku bunga yang berlaku saat pengukuran sebesar 6,25% hingga 12%, maka angka yang ditunjukkan oleh beberapa indicator profitabilitas menunjukkan bahwa usaha ternak itik di Kecamatan Sungai Pagu mempunyai kemampuan yang tinggi dalam menghasilkan laba atau dengan kata lain profitabel. Oleh karenanya layak untuk dikembangkan sebagai alternative usaha untuk menopang pendapatan keluarga. Dengan demikian Usaha ternak itik di Kecamatan Sungai Pagu sangat prospektif untuk dikembangkan lebih lanjut.